JOM GANYANG AEDES
Wednesday, 26 February 2014
Thursday, 20 February 2014
Tuesday, 18 February 2014
CARA MEMUPUK AMALAN NILAI KEBERSIHAN
Kita memang mengetahui amalan nilai kebersihan masih belum menjadi
budaya masyarakat Malaysia. Amalan nilai kebersihan ini tidak boleh
diambil mudah kerana ia akan memberikan kesan buruk kepada masyarakat
dan negara. Terdapat beberapa cara untuk memupuk amalan nilai
kebersihan.
Keluarga boleh memainkan peranan dalam memupuk amalan kebersihan diri
dan tempat tinggal. Justeru, ibu bapa mesti menerapkan amalan kebersihan
diri sejak anak-anak kecil lagi. Ibu bapa boleh menerapkan amalan
kebersihan tempat tinggal dengan mengadakan aktiviti gotong¬royong
bersama dengan anak-anak. Ibu bapa juga boleh menerapkan amalan menjaga
kebersihan alam sekitar dengan tidak membuat pembakaran terbuka dan
tidak membuang sampah merata¬rata tempat.
Selain itu, masyarakat juga boleh memainkan peranan dalam memupuk amalan
nilai kebersihan. Justeru, anggota masyarakat mestilah menjaga
kebersihan tempat tinggal dan tempat-tempat awam. Anggota masyarakat
juga hendaklah menjauhl tabiat merokok kerana tablat merokok boleh
mencemarkan udara dan mengotorkan tempat awam. Pemimpin masyarakat pula,
perlu menegur sikap negatif yang berlaku dalam masyarakat seperti
membuang sampah ke dalam sungai atau membuat pembakaran sampah secara
terbuka.
Pihak sekolah juga boleh memainkan peranan dalam memupuk amalan nilai
kebersihan. Oleh itu, guru-guru mestilah menasihati para pelajar agar
menjaga kebersihan kelas dan kebersihan persekitaran sekolah. Selain
itu, pihak sekolah boleh mengadakan pertandingan kebersihan kelas setiap
minggu dan kelas yang paling kotor hendaklah didenda. Pihak sekolah
juga boleh mengadakan kempen kebersihan bagi memberikan kesedaran kepada
pelajar tentang kepentingan amalan nilai kebersihan.
Di samping itu, media massa juga boleh memainkan peranan dalam memupuk
amalan nilai kebersihan. Contohnya, media massa seperti televisyen boleh
memaparkan iklan tentang kepentingan menjaga kebersihan diri dan alam
sekitar. Surat khabar pula boleh menyiarkan rencana tentang kebaikan
mengamalkan nilai kebersihan dalam kehidupan seharian. Televisyen juga
boleh menyiarkan pemandangan tempat-tempat yang bersih dan memberikan
penghargaan kepada pihak yang menjaga kebersihan dan keindahan tempat
tersebut.
Dalam memupuk amalan nilai kebersihan, pihak kerajaan juga boleh
memainkan peranan. Contohnya, pihak kerajaan boleh memainkan peranan
dengan melaksanakan kempen amalan kebersihan melalui stesen televisyen
dan radio. Pihak kerajaan juga boleh memberi nasihat dan amaran kepada
kilang-kilang agar menjaga kebersihan alam sekitar. Pihak kerajaan juga
hendaklah mendenda pihak yang telah mengotorkan alam sekitar sehingga
menyebabkan alam sekitar menjadi tercemar.
Tuesday, 11 February 2014
Monday, 10 February 2014
Adab ketika Makan dan Minum
Seorang muslimah makan sambil berjalan, makan dengan tangan kiri,
tanpa berdoa, bahkan menyisakan makanan, hal ini seakan sudah menjadi
pemandangan umum di kantin-kantin kampus. Betapa miris hati ini
melihatnya. Bila amal ibadah yang ringan saja sudah ditinggalkan dan
disepelekan, bagaimana dengan amalan yang besar pahalanya?? Atau
mungkinkah karena hal itu hanya merupakan suatu ibadah yang kecil
kemudian kita meninggalkannya dengan alasan kecilnya pahala yang akan
kita peroleh? Tidak begitu Saudariku … Yang sedikit apabila rutin
dilakukan, maka akan menjadi banyak! Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul, dan janganlah kamu merusakkan segala amalmu.” (QS. Muhammad 33)
Cukuplah firman Allah Ta’ala tersebut menjadi nasihat bagi kita semua untuk selalu berusaha menaati perintah Allah dan perintah Rasul-Nya, baik perintah wajib maupun anjuran (sunnah) maupun atau perintah untuk menjauhi perkara yang dilarang. Saat ini banyak kita jumpai seorang muslim yang menyepelekan amalan sunnah, namun berlebihan pada perkara yang mubah. Maka perhatikanlah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hayr : 7) Dan di antara perintah dan larangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah adab ketika makan dan minum.
Adab ketika Makan dan Minum
Di antara faedah membaca basmallah di setiap makan adalah agar setan tidak ikut makan apa yang kita makan. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk bersama seseorang yang sedang makan. Orang itu belum menyebut nama Allah hingga makanan yang dia makan itu tinggal sesuap. Ketika dia mengangkat ke mulutnya, dia mengucapkan, ‘Bismillaahi fii awwalihii wa aakhirihi’. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa dibuatnya seraya bersabda, “Masih saja setan makan bersamanya, tetapi ketika dia menyebut nama Allah maka setan memuntahkan semua yang ada dalam perutnya.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa`i)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam mendoakan keburukan bagi orang yang tidak mau makan dengan tangan kanannya. Seseorang makan di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dengan tangan kirinya, maka beliau bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu.” Orang itu menjawab, “Saya tidak bisa.” Beliau bersabda, “Semoga kamu tidak bisa!” Orang tersebut tidak mau makan dengan tangan kanan hanya karena sombong. Akhirnya dia benar-benar tidak bisa mengangkat tangan kanannya ke mulutnya. (HR. Muslim)
Hadits ini sekaligus sebagai penguat dari kedua adab makan sebelumnya dan menjelaskan bagaimana cara menasihati anak tentang adab-adab makan. Lihatlah bahwa nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam sangat dipatuhi oleh Umar Ibnu Abi Salamah pada perkataan beliau, “ … demikian seterusnya cara makan saya setelah itu.“
Sungguh betapa mulianya agama ini, sampai-sampai sesuap nasi yang jatuh pun sangat dianjurkan untuk dimakan. Hal ini merupakan salah satu bentuk syukur atas makanan yang telah Allah Ta’ala berikan dan bentuk kepedulian kita terhadap fakir miskin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian selesai makan, maka janganlah ia mengusap jari-jarinya hingga ia membersihkannya dengan mulutnya (menjilatinya) atau menjilatkannya pada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksudnya yaitu menjilatkan pada orang lain yang tidak merasa jijik dengannya, misalnya anaknya saat menyuapinya, atau suaminya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seorang laki-laki minum sambil berdiri. Qatadah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami bertanya kepada Anas, ‘Kalau makan?’ Dia menjawab, ‘Itu lebih buruk -atau lebih jelek lagi-.’” (HR. Muslim)
Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam minum, beliau bernafas tiga kali. Beliau bersabda, “Cara seperti itu lebih segar, lebih nikmat dan lebih mengenyangkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bernafas dalam gelas dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya, “Apabila salah seorang dari kalian minum, janganlah ia bernafas di dalam gelas.”(HR. Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian minum susu maka berkumur-kumurlah, karena sesungguhnya susu meninggalkan rasa masam pada mulut.” (HR. Ibnu Majah (499))
Semoga yang sedikit ini bermanfaat dan semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan kepada kita dalam mengamalkan apa yang kita ketahui, karena hakikat ilmu adalah amal itu sendiri. Wallahul muwaffiq
Cukuplah firman Allah Ta’ala tersebut menjadi nasihat bagi kita semua untuk selalu berusaha menaati perintah Allah dan perintah Rasul-Nya, baik perintah wajib maupun anjuran (sunnah) maupun atau perintah untuk menjauhi perkara yang dilarang. Saat ini banyak kita jumpai seorang muslim yang menyepelekan amalan sunnah, namun berlebihan pada perkara yang mubah. Maka perhatikanlah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hayr : 7) Dan di antara perintah dan larangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah adab ketika makan dan minum.
Adab ketika Makan dan Minum
- Memakan makanan dan minuman yang halal.
- Mendahulukan makan daripada shalat jika makanan telah dihidangkan.
- Tidak makan dan minum dengan menggunakan wadah yang terbuat dari emas dan perak.
- Jangan berlebih-lebihan dan boros.
- Mencuci tangan sebelum makan.
- Jangan menyantap makanan dan minuman dalam keadaan masih sangat panas ataupun sangat dingin karena hal ini membahayakan tubuh.
- Tuntunan bagi orang yang makan tetapi tidak merasa kenyang.
- Dianjurkan memuji makanan dan dilarang mencelanya.
- Membaca tasmiyah (basmallah) sebelum makan.
Di antara faedah membaca basmallah di setiap makan adalah agar setan tidak ikut makan apa yang kita makan. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk bersama seseorang yang sedang makan. Orang itu belum menyebut nama Allah hingga makanan yang dia makan itu tinggal sesuap. Ketika dia mengangkat ke mulutnya, dia mengucapkan, ‘Bismillaahi fii awwalihii wa aakhirihi’. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa dibuatnya seraya bersabda, “Masih saja setan makan bersamanya, tetapi ketika dia menyebut nama Allah maka setan memuntahkan semua yang ada dalam perutnya.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa`i)
- Makan dan minum dengan tangan kanan dan dilarang dengan tangan kiri.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam mendoakan keburukan bagi orang yang tidak mau makan dengan tangan kanannya. Seseorang makan di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dengan tangan kirinya, maka beliau bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu.” Orang itu menjawab, “Saya tidak bisa.” Beliau bersabda, “Semoga kamu tidak bisa!” Orang tersebut tidak mau makan dengan tangan kanan hanya karena sombong. Akhirnya dia benar-benar tidak bisa mengangkat tangan kanannya ke mulutnya. (HR. Muslim)
- Makan mulai dari makanan yang terdekat.
Hadits ini sekaligus sebagai penguat dari kedua adab makan sebelumnya dan menjelaskan bagaimana cara menasihati anak tentang adab-adab makan. Lihatlah bahwa nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam sangat dipatuhi oleh Umar Ibnu Abi Salamah pada perkataan beliau, “ … demikian seterusnya cara makan saya setelah itu.“
- Memungut makanan yang jatuh, membersihkannya, kemudian memakannya.
Sungguh betapa mulianya agama ini, sampai-sampai sesuap nasi yang jatuh pun sangat dianjurkan untuk dimakan. Hal ini merupakan salah satu bentuk syukur atas makanan yang telah Allah Ta’ala berikan dan bentuk kepedulian kita terhadap fakir miskin.
- Makan dengan tiga jari (yaitu dengan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah) kemudian menjilati jari dan wadah makan selesai makan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian selesai makan, maka janganlah ia mengusap jari-jarinya hingga ia membersihkannya dengan mulutnya (menjilatinya) atau menjilatkannya pada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksudnya yaitu menjilatkan pada orang lain yang tidak merasa jijik dengannya, misalnya anaknya saat menyuapinya, atau suaminya.
- Cara duduk untuk makan
- Apabila lalat terjatuh dalam minuman
- Bersyukur kepada Allah Ta’ala setelah makan
- Buruknya makan sambil berdiri dan boleh minum sambil berdiri, tetapi yang lebih utama sambil duduk.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seorang laki-laki minum sambil berdiri. Qatadah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kami bertanya kepada Anas, ‘Kalau makan?’ Dia menjawab, ‘Itu lebih buruk -atau lebih jelek lagi-.’” (HR. Muslim)
- Minum tiga kali tegukan seraya mengambil nafas di luar gelas.
Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam minum, beliau bernafas tiga kali. Beliau bersabda, “Cara seperti itu lebih segar, lebih nikmat dan lebih mengenyangkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bernafas dalam gelas dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya, “Apabila salah seorang dari kalian minum, janganlah ia bernafas di dalam gelas.”(HR. Bukhari)
- Berdoa sebelum minum susu dan berkumur-kumur sesudahnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian minum susu maka berkumur-kumurlah, karena sesungguhnya susu meninggalkan rasa masam pada mulut.” (HR. Ibnu Majah (499))
- Dianjurkan bicara saat makan, tidak diam dan tenang menikmati makanan seperti halnya orang-orang Yahudi.
Semoga yang sedikit ini bermanfaat dan semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan kepada kita dalam mengamalkan apa yang kita ketahui, karena hakikat ilmu adalah amal itu sendiri. Wallahul muwaffiq
Thursday, 6 February 2014
Subscribe to:
Comments (Atom)















